Menurutmuapakah dengan pendidikan yang tinggi bisa mengatasi kemiskinan Apa alasanmu. Question from @Suma88 - Sekolah Menengah Pertama - Bahasa lain Apakah anak-anak yang membuang sampah sembarangan dapat dilakukan dikatakan ikut membangun nusa dan bangsa Apa alasanmu Answer. Suma88 May 2020 | 0 Replies . Giliransaya, saya berbicara kalimat yang lain. "We preach to the thinking people." (Kita tidak kotbah sama orang sembarangan; hanya orang yang pakai pikiran baru bisa dengar kotbah saya). Setelah itu, "How about you, Stephen Tong?". Saya berdiri, "We preach to cause people to think". Bedanya di sini. Menurutmu mengapa kita perlu melakukan penilaian terhadap pementasan drama yang kita tonton? SD Matematika Bahasa Indonesia IPA Terpadu Penjaskes PPKN IPS Terpadu Seni Agama Bahasa Daerah 16 Peduli lingkungan, yaitu tindakan yang mencintai lingkungan, selalu berupaya. mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya. 17. Peduli sosial, yakni tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain. dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Siapapun yang telah melakukan itu, maka dia telah melakukan fitnah yang sangat keji terhadap Jasmev." Keduanya, Prabowo dan Jokowi tidak akan menolak siapa pun yang mendukung, apakah katolik, protestan, budha, hindu, syi'ah atau ahmadiyah. Respon Jokowi dan Prabowo itu sama dalam isu ini. Jika ada kabar yang menurutmu baik bagimu 1 Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Keselamatanbukan Jaminan ke Sorga! Sebab setiap manusia suatu hari akan menghadap Tahta Putih, Pengadilan yang jujur dan adil dimana semua orang akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama dalam "waktu anugerah" ini. Penghakiman inilah yang akan memutuskan apakah manusia "selamat" atau "dihukum". (4). Katanatal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran yesus.Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 - 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Pertanyaanini diajukan karena perekrut ingin mengetahui standar yang menjadi tolak ukurmu tentang sebuah pencapaian. Jawablah pertanyaan ini dengan memikirkan pencapaian yang paling kamu ingat dan berarti bagimu. Jelaskan apa pencapaian tersebut, bagaimana kamu mencapainya, peramu di dalamnya, dan mengapa kamu menganggapnya berarti. 1 DAMAI SEJAHTERA KITA DAPAT MELALUI DARAH KRISTUS, PENDAMAIAN MANUSIA BERDOSA DENGAN ALLAH YANG KUDUS. Manusia yang hidup dalam dosa tak mungkin memiliki damai sejahtera, mereka itu sudah tertipu, mereka diperbudak Iblis, mereka terpisah dari Allah. Kita menjadi seteru bagi Allah, kita sedang memberontak padaNya. uVFBGDc. Kenneth Chafin dalam bukunya ADA Sebuah Keluarga di Rumah memberikan gambaran tentang keluarga dalam lima koleksi salah satunya iyalah Keluarga merupakan tempat bertumbuh, menghubungkan tubuh, akal budi, hubungan sosial, terima kasih dan Rohani. menurut saya yaitu kedua orang tua serta guru di sekolah menurut saya yaitu kedua orang tua serta guru di sekolah Lori Official Writer 3093 Matius 16 24-25 Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 45; Kisah Para Rasul 17; Keluaran 39-40 Apakah saat ini kamu sudah menjadi murid Kristus? Mari belajar bagaimana perjalanan menjadi seorang murid Kristus dari Lukas 14 28-32. “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang. Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.” Ayat di atas bicara tentang dua perumpamaan yang berbeda tapi dengan satu pesan yang sama. Coba perhatikan, perumpamaan pertama mengingatkan tentang pentingnya membuat anggaran biaya ketika hendak mendirikan sebuah bangunan atau menara. Karena dengan itu, dia bisa menyelesaikan bangunannya hingga akhir. Sehingga dia tak perlu menanggung ejekan maupun sindiran dari orang lain. Sementara yang kedua bicara tentang bagaimana seorang raja harus melakukan pertimbangan sebelum pergi berperang. Sehingga dia tidak dipukul kalah karena pasukannya tidak memiliki kapasitas yang mumpuni untuk melawan musuh. Kesimpulannya, dua perumpamaan ini sama-sama bicara tentang pentingnya perencanaan dan pertimbangan sebelum melakukan satu tindakan. Sehingga risiko yang ditanggung di kemudian hari bisa jauh lebih kecil. Hal yang sama berlaku juga buat kita ketika memutuskan untuk mengikut Kristus dan menjadi murid-Nya. Mungkin kamu akan bertanya, Kenapa mengikut Kristus harus membutuhkan pertimbangan yang sedemikian rupa?’ Walaupun Tuhan sediri menghendaki setiap orang percaya dan mengikut Dia. Tapi bukan berarti itu adalah perjalanan yang mudah. Tuhan tidak mau kita mengikut Dia karena kita hanya ingin mendapatkan apa yang kita mau. Yesus tidak menjanjikan kemudahan demikian. Dia mau kita mengikuti Dia karena kita sudah menimbang-nimbang dan memikirkannya hingga akhirnya kita mengambil keputusan yang bulat untuk mengikut Dia, apapun risiko yang mengikutinya. Yesus sendiri sudah membeberkan risiko yang harus ditanggung saat memilih menjadi murid-Nya. Di Matius 16 24-25, Yesus menegaskan bahwa, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Dia menyampaikan hal ini dengan tegas karena Dia tidak mau jika nantinya kita akan kecewa. Sebagai manusia, kita bisa kecewa saat hidup kita justru dipenuhi dengan penderitaan, tantangan, cobaan, ejekan dan ketidakadilan. Kita bisa kecewa karena Tuhan yang kita anggap berkuasa nyatanya tidak mampu membuat hidup kita jauh lebih baik. Jangan salah paham. Tuhan bisa melakukan hal-hal besar, melakukan mujizat, membangkitkan orang mati, menyembuhkan penyakit, menyelesaikan masalah. Tapi Tuhan akan melakukannya atas hidup kita ketika kita benar-benar mau menyangkal diri dan memikul salib-Nya. Dalam artian, kita mau menyerahkan seluruh hidup kita untuk memenuhi kehendak-Nya saja sehingga kehendak pribadi kita tidak lagi penting. Inilah keputusan dan komitmen menjadi murid Kristus. Ketika Rasul Paulus mengalami perjumpaan dengan Tuhan, hidupnya berubah total. Dari sosok yang hanya berfokus kepada dirinya sendiri, akhirnya Paulus berubah menjadi sosok yang hanya menganggap Kristus lah satu-satunya yang terutama. Sekalipun risikonya dia harus kehilangan nama baik, jabatan dan prestasi besar, dia tetap memutuskan untuk mengikut Yesus. Bukan hanya itu, dia bersedia memikul salib Kristus kemanapun dia pergi. Apakah sebagai murid Kristus kamu sudah berada di level ini? Apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi Yesus sehingga untuk membuktikan kasih itu kamu rela menanggung risiko untuk mengikut Dia? Sudahkah kamu mengikut Yesus karena keputusan dan komitmen? Apakah kamu siap mengasihi Tuhan tanpa syarat?’ Pengorbanan Yesus di kayu salib, seharusnya menghancurkan hati kita dan membuat kita merasa tidak layak untuk dikasihi. Inilah alasan terbesar yang seharusnya membuat kita mau memutuskan dan berkomitmen untuk mengikut Yesus dengan setia. Taruh tanganmu di dada dan arahkan hatimu kepada Tuhan. Ambillah komitmen yang baru saat ini dihadapan-Nya, sampaikan bahwa kamu mau menjadi murid yang berkomitmen mengikut Dia. Apakah Anda sedang dalam pergumulan dan butuh dukungan doa? Klik link dibawah ini untuk terhubung dengan tim doa SAHABAT 24 kami Apakah Anda butuh teman curhat dan membutuhkan pertolongan Tuhan? Klik link dibawah ini untuk konseling dengan tim konselor SAHABAT 24 kami Pertanyaan Jawaban Bagi orang yang beriman-percaya kepada Yesus Kristus, pertanyaan mengenai apakah pendidikan Kristen kepada anak-anak itu penting atau tidak, sudah pasti jawabannya “Ya!” Lalu, mengapa menanyakan soal ini? Karena pertanyaan tersebut datang dari berbagai perspektif di dalam iman Kristen. Mungkin pertanyaan yang sebenarnya adalah “Siapa yang seharusnya bertanggung jawab mengajarkan kebenaran Kristen kepada anak saya?” atau “Haruskah pendidikan anak saya dilakukan di sekolah negeri, swasta, atau di rumah?” Banyak sekali pendapat mengenai topik ini. Beberapa bahkan menjadi perdebatan emosional dan tanpa batas. Karena kita mencari tahu perspektif yang alkitabiah, ayat-ayat di Perjanjian Lama mengenai pendidikan pada anak-anak bisa ditemukan di kitab Ulangan 65-8 “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu.” Budaya orang Ibrani mengharuskan para ayah dengan tekun mengajari anak-anaknya Firman Tuhan demi pertumbuhan rohani mereka. Pesan dalam ayat ini diulang kembali di Perjanjian Baru, dimana Paulus menyerukan para orangtua mendidik anak-anak mereka dalam “ajaran dan nasihat Tuhan” Efesus 64. Kitab Amsal 226 juga menyuruh para orangtua untuk “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Mendidik bukan hanya melalui pendidikan formal, tapi juga melalui pendidikan di rumah oleh para orangtua. Itulah pendidikan dini bagi si anak. Pengajaran ini dirancang untuk menanamkan dasar yang kokoh bagi hidup si anak. Mengenai pendidikan formal, ada kesalahpahaman yang harus diluruskan. Pertama, Allah tidak menyatakan bahwa hanya para orangtua yang boleh mendidik anak. Kedua, Allah tidak menyatakan bahwa pendidikan di sekolah umum itu buruk, sehingga kita hanya boleh mendidik anak di sekolah Kristen atau di rumah. Prinsip-prinsip di Alkitab yang seharusnya menjadi pedoman utama kita. Allah tidak pernah memerintahkan para orangtua untuk menghindari pendidikan di luar rumah. Jadi, ketika kita menyatakan metode yang alkitabiah untuk pendidikan formal hanya berupa pendidikan di rumah atau di sekolah Kristen, itu berarti kita sedang mencoba menambahi pendapat kita atas kebenaran Firman Tuhan. Jangan sampai kita menggunakan Alkitab untuk membenarkan pendapat kita. Sebaliknya, kita justru harus menyatakan pendapat hanya berdasarkan kebenaran Alkitab saja. Sebaiknya, kita juga tidak menyatakan kalau hanya guru-guru berijasah yang dapat mendidik anak kita. Sekali lagi, titik utama pembahasannya harus lebih mengenai tanggung jawab utama dari para orangtua. Prinsip yang diajarkan Alkitab bukanlah mengenai tipe pendidikan seperti apa yang seharusnya diberikan bagi anak-anak, tapi paradigma seperti apa supaya mereka bisa menyaring setiap informasi dengan baik. Contohnya, anak-anak yang home schooling bisa saja dididik secara “Kristen,” namun gagal menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena ia belum benar-benar mengenal Allah di Alkitab. Ia tidak sungguh-sungguh memahami prinsip-prinsip kebenaran di Alkitab. Sebaliknya, seorang anak yang bersekolah di sekolah umum bisa tumbuh dengan memahami kesalahan dari pandangan dunia karena menyaringnya melalui Firman Tuhan, yang dengan tekun diajarkan kepadanya di rumah. Informasi memang disaring melalui kebenaran Alkitab di kedua kelompok itu, namun pemahaman rohani yang sejati ada di kelompok kedua. Sama halnya dengan mereka yang bersekolah di sekolah Kristen, tetapi tidak pernah tumbuh memahami Allah secara mendalam dan memiliki hubungan yang pribadi dengan-Nya. Intinya, para orangtualah yang seharusnya bertanggung jawab dalam membentuk anak-anaknya melalui pendidikan rohani yang sejati. Di kitab Ibrani 1025, Allah memerintahkan orang Kristen, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Tubuh Kristus menjadi bagian tak terpisahkan dalam urusan pendidikan anak, karena bisa membantu para orangtua dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Terkait dengan hal-hal di luar rumah – misalnya pendalaman Alkitab di gereja dan sekolah Minggu – menjadi hal yang baik dan penting. Jadi, tidak masalah tipe sekolah apa yang kita pilih, para orangtua yang seharusnya bertanggung jawab atas pendidikan rohani anak-anaknya . Guru di sekolah Kristen bisa saja salah, pendeta dan guru sekolah Minggu bisa saja salah, dan para orangtua juga bisa salah, terutama terkait pemahaman teologi . Pada saat kita mendidik hal-hal yang bersifat rohani pada anak-anak, mereka harus paham bahwa satu-satunya sumber kebenaran yang mutlak ialah Alkitab 2 Tim 316. Oleh karena itu, pengajaran paling penting yang dapat kita ajarkan pada anak-anak ialah teladan dari orang-orang Berea yang “menyelidiki Kitab Suci setiap hari untuk melihat apakah yang dikatakan Paulus benar” Kis 1711. Mereka juga harus terbiasa menguji segala yang diajarkan kepadanya – dari sumber manapun – apakah bertentangan dengan Firman Allah atau tidak 1 Tes 521. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Pentingkah memberi pendidikan Kristen pada anak-anak?